Monday, April 17, 2017

Etika Dunia Maya

Perisai Diri Dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi

Kalian kenal dengan Internet kan?
Yap, betul.. ia merupakan salah satu tren gaya hidup yang sedang tumbuh pesat saat ini. Bagaikan sebuah ruangan, internet merupakan ruangan yang –hampir- tanpa batas. Pengguna yang sedang berselancar di ruangan tersebut hampir dipastikan bisa menemukan apa yang ia cari. Selain itu, internet juga berfungsi sebagai sarana (media) untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal inilah yang sekarang sedang di-gandrungi oleh sebagian besar masyarakat, khususnya anak muda – terkhusus lagi kaum hawa.
Yah begitulah,- remaja putri, curhat, dan media sosial - tiga elemen yang tak dapat terpisahkan. Rasa seperti pagi hari tanpa secangkir kopi, mustahil terpisahkan. Nah dari itu saya pengen menyampaikan pesan, khususnya untuk para perempuan berkaitan dengan pemanfaatan teknologi internet – media sosial semisal Facebook, Twitter, Instagram wa akhawatuha. Kenapa perempuan..? karena merekalah yang disebut-sebut oleh Rosululloh SAW sebagai fitnah yang paling berbahaya,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِى النَّاسِ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ - مسلم
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita”. HR Muslim.
Disebutkan dalam percakapan Robi’ah al-Adawiyyah dengan lelaki pelamarnya, bahwa dalam bertindak melakukan suatu hal perempuan menggunakan 99 bagian nafsu dan hanya 1 bagian akal sedangkan laki-laki menggunakan 1 nafsu dan 99 akal. Hal ini diperkuat dengan satu pernyataan Rosululloh SAW
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ - البخاري
“Saya belum pernah mengerti orang-orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih menghilangkan lubb (akal yang bersih dari hawa-nafsu dan emosi) daripada seorang dari kalian”. HR Bukhori.
Back to topik, seperti yang telah disampaikan - alasan utama masyarakat berinternet (media sosial) tentu untuk memperoleh informasi-informasi penting guna menambah ilmu dan wawasan. Jadi jika sampean - para perempuan - mengunggah video di Youtube, curhat sembari mewek-mewek.. nulis status ngomong ngalor ngidul nggak ada ujung, atau sekedar menggerakkan jari-jari tangan menghasilkan setatus yang Gak Jelas, ‘Geje’ orang menyebutnya begitu.. terus yang liat video atau yang baca status sampean dapat apanya? Faedah..? Gitu aja kok nangis.
Jadi bagi kalian para curhaters yang risih sebaiknya kalian mencontoh persahabatan simbiosis mutualisme antara burung jalak dan kerbau. Sampean harus mengerti bagaimana retaknya perasaan kawan sampean...
Asumsinya begini,
Jika seseorang sampai meluapkan curhatannya pada media sosial berarti tidak ada yang mengerti perasaannya di dunia nyata sehingga dia membutuhkan solusi pada jagat maya (padahal ada Sang Pencipta loh). Kalo sudah tahap seperti ini, jangan dibercandain. Lebih baik kita kasih solusi dengan personal message. Atau jika tak mengerti masalahnya lebih baik diam. Kalo dalam bahasa Jawanya itu “if you don’t know anything, better don’t say anything”. Rosululloh SAW dalam satu pesannya menyampaikan,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ البخاري ومسلم
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau jika tidak maka lebih baik diam.” HR Bukhori & Muslim
Nah bagi para curhaters, sebaiknya apa yang sampean tumpahkan di timeline medsos sampean lebih baik difilter terlebih dahulu. Gunakan akal sehat..!!! Jangan pikir dua atau tiga kali, tapi pikir sepuluh kali terlebih dahulu apakah status yang sampean tulis membawa ‘ruh’ kebaikan atau justru sebaliknya, menyebarkan petaka bagi sesama. Apakah dengan menulis permasalahan hidup di medsos semua akan teratasi? Dan apakah pantas hal-hal yang bersifat privasi kalian tampilkan pada Instagram Stories atau sejenisnya?. Ingatlah sindiran Al quran atas orang-orang yang tidak menggunakan akalnya,
...... أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ الأعراف : 179
- Orang-orang yang tidak memanfaatkan akalnya levelnya akan menurun bahkan sampai pada level binatang -. dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Untuk itu, sebagai insan yang diberi ‘pengetahuan’ – alhamdulillah - berikut akan saya sampaikan beberapa etika yang selayaknya kita indahkan guna membekali diri dalam menyalurkan hobi wira-wiri di dunia maya yang tak pasti (terlebih sosial media). Jangan dibilang ini sekedar menggurui, karena ini merupakan bentuk pelaksanaan tanggung jawab untuk saling berwasiat dalam kebaikan, ketakwaan dan menahan diri (bersabar) dari godaan nafsu yang tidak terpuji,
... وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  - العصر : 3
“... dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.” (Al-‘Ashr: 3)
Monggo disimak baik-baik, kemudian dilaksanakan, syukur-syukur dibagikan kepada yang lainnya sebagai bentuk kepedulian kita pada sesama;
1.  Tahu Waktu
وَالْعَصْرِ - إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ - العصر : 1-2
“Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (Al-'Ashr: 1-2).
Salah satu dampak nyata dari terlalu asyik berselancar di dunia maya adalah waktu kita terbuang sia-sia. Semakin kecanduan seseorang terhadap internet, maka semakin besar potensi hilangnya waktu produktif orang tersebut.
Yang lebih fatal jika kita sampai melupakan tugas pokok kita sebagai umat manusia - beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampai malam hari yang seharusnya digunakan untuk bermunajat kepada Allah, ber-qiyamul lail, malah dibuang percuma tergantikan oleh berselancar tanpa batas. Sayangnya, saat ini keutamaan-keutamaan dan janji-janji akan banyaknya pahala yang bisa didapatkan dengan qiyamul lail seakan kalah dengan kenikmatan duniawi yang memanjakan mata yang ditawarkan oleh internet. Hal ini diperparah oleh ulah operator penyedia jasa internet yang memberikan berbagai paket murah bagi siapa saja yang mau begadang sambil berinternet.
Seyogyanya kita harus tahu waktu. Gunakan internet ketika dibutuhkan, untuk mencari tambahan referensi misalnya, dengan menggunakan waktu-waktu luang di luar waktu untuk tugas utama. Misalnya bagi seorang pelajar, berinternet jangan sampai dilakukan ketika jam sekolah, atau ketika waktu belajar di rumah. Jangan sampai setiap waktu kita berhubungan dengan internet.
2.  Silaturrahim Harus Nyata, Bukan Hanya Maya
Salah satu bagian yang sedang booming dari teknologi informasi yang berupa internet adalah sosial medianya. Disebut demikian karena situs-situs yang termasuk dalam kategori ini menyediakan berbagai fasilitas bagi penggunanya untuk saling berkomunikasi dengan pengguna yang lain. Melalui situs-situs seperti Facebook, Twitter, dan saudara-saudaranya, kita bisa saling mengenal dan berbagi apa yang kita alami dengan pengguna yang lain. Mungkin awalnya tidak ada masalah dengan situs-situs tersebut. Namun tanpa disadari, kegemaran kita mengakses situs-situs tersebut lambat laun turut membawa kita terlena dengan kehidupan sosial yang maya tersebut. Secara perlahan kita mulai melupakan kehidupan kita di dunia nyata. Bahkan sampai ada anekdot bahwa kabar kematian 'teman' di seberang lautan lebih cepat diketahui dari pada kabar kematian tetangga.
Oleh karena itu, seyogyanya berinternet kita hentikan sejenak ketika berkumpul bersama orang-orang terdekat kita maupun dengan masyarakat lainnya. Letakkan dulu gadget ketika kita sedang berdiskusi misalnya, atau ketika sedang berinteraksi secara nyata, terlebih ketika sedang berkumpul bersama keluarga. Harus kita ingat, orang yang mau berkumpul bersama di hadapan kitalah yang harus kita utamakan, bukan orang yang selalu me-like­ status di Facebook dan sejenisnya, apalagi kita belum pernah sama sekali bertemu dan bertatap muka secara langsung dengannya. Dan juga harus diingat, jangan sampai keasyikan berinternet membuat kita melupakan keadaan di sekitar, terutama keadaan keluarga dan tetangga dekat kita.
3.  Internet harus bermoral
Selain tergusurnya interaksi nyata kita, derasnya arus internet dengan sosial media-nya juga berdampak terhadap aspek moral dan norma umat. Dengan kemudahan mengakses berbagai informasi tanpa batas, seorang pengguna internet akan dengan mudah mengakses apa yang ia inginkan. Tanpa adanya kontrol yang ketat, layaknya seseorang yang bermimpi, apa yang ia impikan bisa dinikmati dalam dunia maya, tanpa perlu takut diketahui orang lain. Hal inilah yang paling ditakuti oleh banyak kalangan dari pengaruh internet.
Harus kita sadari, bahwa meskipun hanya maya, tapi apa yang kita lakukan di internet juga tercatat sebagai amal perbuatan kita. Dengan satu klik, ratusan konten terlarang yang kita akses juga tercatat dengan rapi dalam buku catatan amal kita.
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ الحشر : 18
“Dan hendaklah seseorang berfikir, berangan-angan apa yang disiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan takutlah kalian pada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Hashr: 18)
Sudah seharusnya kita mengontrol diri dalam penggunaan internet, dengan mengedepankan aspek moral dan norma agama. Atau mungkin jika kita tidak bisa menahan nafsu sendiri, kita bisa menginstal aplikasi-aplikasi filter internet, sebagai bentuk pertahanan diri dari serangan nafsu yang negatif.
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ - يوسف : 53
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS : Yusuf : 53)

4.  Internet Bukan Referensi Utama, Hanya Pembanding Saja
Internet sebagai sebuah sarana juga memberikan berbagai kemudahan bagi kita. Seperti yang telah disebutkan, dengan hanya menekan satu tombol saja, kita bisa menemukan apa yang kita cari. Ketergantungan yang berlebih terhadap internet membuat kita semakin malas berfikir untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Bagaimana tidak, seperti yang dikatakan banyak orang saat ini, “Tinggal tanya sama mbah Google!” semua yang kita cari sudah ada. Kodrat manusia yang merupakan “entitas yang memiliki kemampuan berfikir” menjadi semakin tergerus. Pada akhirnya, sifat hidup manusia juga akan semakin menurun. Padahal berfikir merupakan salah satu tanda kehidupan pada diri manusia, seperti dikatakan, “Aku berfikir, maka aku hidup”. Selayaknya kita jadikan internet hanya sebagai media perbandingan saja. Kalau kita butuh referensi untuk suatu hukum, seyogyanya kita merujuk pada kitab-kitab salaf, atau bisa langsung bertanya kepada para ulama' yang sudah tentu terbukti kompetensi keilmuannya, bukan kepada mbah Google !
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ - النحل : 43
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl : 43)
5.  Internet Untuk Kebaikan
Layaknya sebuah alat, kita harus memanfaatkan internet untuk tujuan yang sebaik mungkin. Salah satu contohnya adalah berdakwah. Tak bisa dipungkiri, bahwa pada era modern ini gerak dakwah dan jihad Islam mulai bergeser, dari yang asalnya menggunakan senjata, berhadap-hadapan secara langsung, kini mengarah ke ranah pemikiran. Dan seiring berkembangnya teknologi informasi, pergelutan pemikiran yang dikenal dengan istilah ghozwul fikri ini semakin ramai terjadi di dunia maya. Di sinilah seharusnya kita gunakan kesempatan sebaik mungkin. Jika kita melihat ada musuh-musuh Islam menyerang melalui sebuah situs, status facebook, fanpage, atau hashtag yang memojokkan Islam, kita bisa menyerang balik juga melalui media-media tersebut. Kita juga bisa berdakwah dengan membuat blog misalnya, yang berisi khazanah-khazanah ke-Islam-an, untuk berbagi pengetahuan Islam kita dengan berbagai netizen di penjuru dunia.
Terakhir, semua ini kembali kepada diri kita masing-masing. Sebagai alat, internet bisa baik jika kita gunakan dengan baik, begitu juga sebaliknya. Dan yang terpenting – kaitannya dengan para remaja yang sedang galau -atau apalah istilahnya- media sosialmu bukanlah buku diary-mu. So.. jangan sembarang curhat yang aneh-aneh atau live report absurd di Instagram Live, karena bisa berbahaya akibatnya – bukan sekedar bagi kita, bahkan bagi mereka yang melihatnya.

Saran dari saya, sebaiknya semua problem hidup kita ceritakan dalam sujud panjang kita pada Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Karena Allah adalah tempat paling aman untuk kita berkeluh kesah, dan yang jelas – insyaAllah - ‘dapat pahala. Wallahu A’lam Bisshowab.
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

0 comments:

Post a Comment